468x60 ads




Sebuah Rute

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?



Kadang ya, kita saya bersyukur setelah diberi kemudahan yang sifatnya duniawi, kebanggaan, pengakuan, dan sementara, saja. Dan terkadang, hal-hal tersebut menjadi sebuah parameter kapan saya harus bersyukur dan mengagungkan Sang Kuasa.  Misalnya ya, setelah mendapat nilai UAS bagus atau setelah memenangi sebuah kompetisi, pasti rasa syukur akan lebih tinggi daripada mendapat nilai UAS yang kurang bagus atau belum berhasil di sebuah kompetisi. Padahal kan.... nikmat Tuhan tidak selalu lewat hal-hal yang membuat kita senang ._.

Sebenarnya ini sebuah refleksi sih, saya seharusnya ngaca. Melihat apa yang telah Tuhan berikan. Memang, kalau adu panjang CV atau adu banyak sertifikat, duh saya kalah, jauh sama para orang eksis kampus itu. Atau lewat adu pintar dan adu kuat, saya ini masih di tengah-tengah, masih kalah sama dewa-dewa kayangan itu. Tapi, kalau saya melihat itu saja sebagai parameter rasa bersyukur, jelas sekali mengapa Allah menurunkan ayat di atas.

Kalau dipikir-pikir ya, Allah memberikan jalanku untuk bersyukur lewat suatu rute yang menarik. Rute yang sederhana dalam kompleksitasnya, rute yang mempunyai cerita di setiap tanjakannya, rute yang telah dibuat secara sempurna oleh sang Maha Rencana. Dan tidak semua orang bisa jalan di rute ini (indeed, they have their own perfect route). Lewat rute ini, saya diberi kesempatan untuk bersyukur dengan lebih. Di rute yang berliku dan penuh jebakan ini, saya dipaksa untuk belajar dan dekat menuju jalanNya. Bukan dengan pernyataan hitam di atas putih yang hanya menjadi bukti dua dimensi. Rute ini menawarkan sebuah rasa syukur yang real, terdiri dari banyak bidang dan memberikan beribu perspektif melalui dimensi ruang dan waktu yang tak terbatas.

Tapi ya gitu, namanya juga manusia, makhluk super yang dengan kekuatan fantasinya selalu bermimpi tanpa membuka mata. Banyak hal yang harus saya syukuri tapi malah memutuskan untuk bergumam mengumpulkan saliva dan memuncratkannya dalam bentuk keluhan. Gak gentle, gak cool. Tinggal kapan saya membuka mata. Untuk bangun dari mimpi tidur yang terlalu panjang dan kemudian sholat subuh dan menatap pagi. Untuk bangun dari segala fantasi yang mengekang gerakan tubuh dan kemudian melakukan sesuatu yang menciptakan lebih banyak potensi syukur.

Dalam perjalanan di rute ini, saya harus mengatur strategi. Saya tidak boleh lepas dari pengagungan Sang Maha. Di setiap langkah, saya harus bisa mengambil koin emas yang bertebaran. Agar nanti, saat saya sudah sampai di finish line, saya bisa pamer ke orang lain dan menang adu banyak koin emas. Yay! \:D/




PS:   you don't know what kind of route I'm in  -in case you  think you understand but you don't



anywaaaaay, sekarang aku lagi nyoba bisnis lhoo bareng kak ibnu sama bang maman dengan bantuan dari ibu saya. Namanya Gudang Binder, monggo dicek  di :  facebooknya atau twitternya  atau  blognya. Kita mau coba masukin ke toko-toko buku juga nih, jadi kalau yang ada link monggo menghubungi kami, produknya keren dan eksklusif lho, yang penasaran monggo dibeli hehe. Go go Gudang Binder \:D/



(anyway maaf kalau tulisannya agak kerasa kosong dan ga berisi, lama ga nulis #alasan)

0 comments: