468x60 ads




Kata

Tadi di stasiun dalam perjalanan pulang ke asrama, saya melihat beberapa mahasiswa berjakun. Ga banyak sih, ga nyampe 10 kayaknya. Kelihatannya, mereka sedang sibuk mengajak orang-orang yang lewat khususnya mahasiswa buat mengawasi keputusan DPR terkait kenaikan harga BBM dan pengesahan RUU Dikti. Atas nama BEM UI, mereka berpendapat bahwa kenaikan harga BBM itu gak ramah sama rakyat, khususnya rakyat kecil.

Di samping mereka, ada bapak-bapak tua, sepertinya termasuk golongan rakyat kecil, sedang memungut sampah. Jalan... jalan... jalan... dan bapak itu melewati para mahasiswa dengan orasinya tentang BBM dan rakyat kecil.

Apa yang terjadi?

Nothing Happened. Semua berjalan seperti biasa, sesuai kepentingan masing-masing. Si mahasiswa tetap dengan orasinya. Si bapak tetap dengan karung sampahnya. Dan saya, tetap menikmati jalannya momen itu. Tidak ada interaksi, tidak ada irisan. Walaupun apa yang masing-masing lakukan benar-benar berkaitan. Padahal, orasi si mahasiswa membawa nama rakyat kecil dan bapak tukang sampah itu (sepertinya) termasuk rakyat kecil. Saya, yang mengamati dari kejauhan hanya manggut-manggut dan berpikir, lagi-lagi tanpa aksi.

Menurut saya itu lucu. Kenapa? karena semua berjalan saja, semua pake kacamata kuda, ga ada yang noleh. Walaupun si mahasiswa dengan semangatnya membela rakyat kecil, toh pas ada rakyat kecil yang terdekat dengannya saat itu ya udah. Apalagi saya, dalam hati pas itu ngerasa gimana gitu, eh tapinya juga ga bertindak, mengasihi si bapak, atau membantu si bapak, atau melakukan hal-hal yang biasa keluar di ujian PKn SD.

Mahasiswa itu, dan saya hanya bermain kata saja. Bedanya, dia main lisan, saya main tulis. Dia mengkritisi pemerintah, saya mengkritisi mahasiswa (termasuk saya), berantai. Lainnya? Sama saja. Saat itu dia tidak menyentuh si bapak, sama dengan saya (saat itu lo ya, mungkin di lain waktu dia malah sangat peduli dengan si bapak, who knows?).

Terus?

Kata memang senjata paling ampuh buat kelihatan keren, pintar, peduli, baik, kritis, bijak, dan lain lain. Ingin kelihatan peduli? Buat saja status yang menyatakan betapa kasihannya mereka. Atau kelihatan kritis? Orasi saja dengan membawa nama pemerintah. Atau kelihatan pinter? Twit yang banyak masalah isu nasional dengan term asing.

Tidak, saya gak menyalahkan 'kata' kok. Saya ga bilang, mereka yang berkata-kata bagus dan nyaring itu buruk, enggak. Tanpa kata belum tentu Indonesia merdeka. Toh, presiden pertama kita yang mulia Soekarno juga hebat dalam perkataannya. Hanya saja, yang membedakan presiden Soekarno dengan si mahasiswa itu dan saya adalah, aksi (dan dengan kualitas perkataan juga mungkin). Bagaimana beliau beraksi dan bertindak juga dilihat orang sebagai bentuk semangat beliau yang lebih dari sekedar kata.

Tapi lagi-lagi, kata ga bisa berdiri sendiri. Butuh sebuah tindakan sebagai partnernya. Kalau diibaratkan, kata itu awal dari sebuah tindakan. Kita bertindak, berperilaku baik dan buruk, karena ada kata dari-Nya atau kata dari hati kita yang mau ini itu. Tapi, kalo ga ada tindakan, langkah kita cuman sampai di awal saja. Hanya sampai di kata-kata dan biarkan orang lain yang melanjutkan. Tanpa tindakan (dari mana aja), kata itu cuman omong kosong. Dia ringan, remah, digenggam remuk, gak digenggam terbang, puff. Berhenti. The end.


Yang bagus ya semua iya, semua bersinggungan. Kata dan tindakan itu beririsan, bukan sejajar tapi setidaknya bertemu di suatu titik. Aku iya, si mahasiswa iya, si bapak iya.

sumber gambar : library.austintexas.gov

2 comments:

{ dwi } at: March 30, 2012 at 9:00 AM said...

Nice :)
super sekali, bu Ketua :D

benar juga ya, fenomena yang tak jarang bahkan sering mungkin
pelajaran yang diajarkan dari SD pun sampai sekarang aplikasinya masih terasa sulit
benar apa yang kebetulan kemarin aku baca, ego kita masih terlalu besar dan sifat dasar kita itu menunggu
tunggu orang lain beraksi dulu (kalo ada orang lain)

hmm, mari belajar membunuh ego, bisa tidak ya? HARUS BISA! Bismillaah, saling mengingatkan, hehe :)

{ Hana Fitriani } at: April 1, 2012 at 11:17 PM said...

iya nih, bahkan pas itu aku liat di zebra cross ada org lgsg nyebrang aka walaupun lampunya merah, atau ada orang tua juga ga disbrangin. Banyak org malu buat berbuat baik ><

bisaaa amin :D