Surabaya, Sebuah Kota

Surabaya! Siapa yang tidak kenal dengan kota buaya itu. Surabaya dengan hiruk pikuknya dan segalanya yang khas menawarkan suasana yang tak tergantikan. Berbeda dengan Jakarta dan segala retorikanya, Surabaya adalah kota besar yang apa adanya. Dengan logat daerahnya yang khas, cablaknya yang tak tergantikan, atau makanannya yang beda, Surabaya menjadi salah satu kota yang pasti akan selalu dirindukan.

Sekitar 6 bulan meninggalkan Surabaya dan pergi menuntut ilmu di kota orang membuat saya merasakan betapa indahnya Surabaya. Mulai dari kuliner sampai warga kotanya, semua membentuk suatu identitas yang khas Surabaya. Walaupun di sini ada bakwan, tapi gabisa ngalahin ote-ote Surabaya. Walaupun di sini ada ketoprak, tahu tek tetap nomor satu. Bahkan soto Surabaya yang merupakan campuran dari semua bahan dan super kental itu gak bisa ditandingi dengan soto manapun.

Hidup (sekitar) 800 km dari Surabayapun, aku tidak menemukan keindahan bahasa seindah bahasa Suroboyoan. Kata 'gue' dan 'lo' gak bisa menandingi legonya ngomong 'aku' dan 'kon'. Kata 'anjir' pun ga bisa melawan gregetnya ngomong 'jambret'. Bahkan aku belum menemukan kata yang bisa menggantikan 'endel' dan 'kemalan'. Di sini juga tidak ada logat se-joss logat Surabaya, yang bisa membuat sebuah cerita terdengar lebih menarik.

Ya, hanya Surabaya. Hanya di Surabaya aku bisa ngomong dengan legowo dan blak-blakan. Aku juga bisa makan makanan yang menunggunya saja bisa bikin ngeces. Juga, hanya di Surabaya aku bisa mendengarkan logat yang khas, bahkan dengan sesama daerah di Jawa sekalipun. Cuman Surabaya, sebuah kota metropolitan besar dengan tingkat kemacetan yang gak tinggi-tinggi banget (menurutku), dan menampilkan keindahan kotanya apa adanya, tanpa topeng.

Surabaya, benar-benar sebuah kota pahlawan. Tak pernah mati dalam sanubari, selalu dirindukan dimanapun aku berada.

Kota Pahlawan, 10 Januari 2012

PS: Depok-Surabaya emang paling enak naik kereta, ga mabokin -_-v